Kehidupan Politik
Bentuk
pemerintahan Banjar sejak berdirinya sudah dipengaruhi oleh Kerajaan
Demak. Merupakan konsekuensi logis jikalau kerajaan A dapat memdirikan
kerajaan dengan bantuan Kerajaan B, maka Kerajaan B turut mempengaruhi
bentuk dan jalannya pemerintahan Kerajaan A.
Walaupun
dalam bentuk pemerintahan dibangun menurut model Jawa, raja dalam
kekuasaannya tidaklah semutlak (seabsolut) raja-raja jawa. Disamping
keturunan, kekayaan juga faktor yang menentukan dalam kedudukan raja.
Pada hakekatnya pemerintah bersifat aristokratis, yang dikuasai oleh
para bangsawan, yang mana raja hanya sebagai simbol pemersatu belaka.
Sultan
dalam Kerajaan Banjar merupakan penguasa tertinggi , yang mempunyai
kekuasaan dalam masalah politik dan keagamaan. Dibawah sultan ada Putera
Mahkota yang dikenal dengan sebutan Sultan Muta. Ia tidak mempunyai
jabatan tertentu tetapi pembantu Sultan. Disamping Sultan, terdapat
sebuah lembaga Dewan Mahkota yang terdiri dari kaum bangsawan dan
Mangkubumi.
Mangkubumi adalah
pembantu sultan yang mempunyai peranan besar dalam roda pemerintahan.
Mangkubumi di dalam pemerintahan didampingi menteri Panganan, Menteri
Pangiwa dan Menteri Bumi dan dibantu lagi oleh 40 orang menteri Sikap.
Tiap-tiap menteri Sikap mempunyai bawahan sebanyak 100
orang. Dilingkungan Kraton terdapat banyak pegawai atau petugas. Antara
lain :- Lima puluh orang Sarawisa di bawah pimpinan Sarabraja bertugas menjaga krato
- Lima puluh orang Mandung dibawah Raksayuda bertugas menjaga istana bangsal
- Empat puluh orang Menagarsari dibawah Sarayuda bertugas mengawal raja
- Empat puluh orang Singabana atau Parawila dibawah Singataka dan Singapati bertugas sebagai polisi
- Empat puluh orang Sarageni di bawah Saradipa bertugas menjaga alat senjata
- Empat puluh orang Tuha Buru di bawah Puspawana bertugas mengawal raja bila sedang berburu
- Lima puluh orang Pangadapan atau Pamarakan dibawah Rasawija melakukan ber aneka ragam tugas di istana.
Kehidupan Sosial & Ekonomi
Dalam
masyarakat Banjar terdapat susunan dan peranan sosial yang berbentuk
segi tiga piramid. Lapisan teratas adalah golongan penguasa yang
merupakan golongan minoritas. Golongan ini terdiri dari kaum bangsawan,
keluarga raja. Lapisan tengah diisi oleh para pemuka agama yang
mengurusi masalah hukum keagamaan dalam kerajaan. Sementara golongan
mayoritas diisi oleh para petani, nelayan, pedagang dan lain sebagainya.
Perkembangan perekonomian di Kalimantan Selatan mengalami kemajuan yang pesat pada abad-16 sampai abad-17. Banjarmasin menjadi kota dagang yang sangat berarti untuk mencapai suatu kemakmuran kerajaan. Kalimantan Selatan juga memiliki perairan yang strategis sebagai lalu lintas perdagangan. Dalam perdagangan, lada merupakan komoditas ekspor terbesar dalam Kerajaan Banjar.
Dalam hal industri, Kerajaan Banjar juga menghasilkan besi dan logam. Industri logam dan besi ini terdapat di daerah Negara. Kemampuan dan keahlian mereka mencor logam seperti perunggu, yang dapat menghasilkan bermacam barang-barang untuk di ekspor. Sejak abad ke-17 daerah Negara terkenal dengan pembuatan kapal dan peralatan senjata lainnya, seperti golok, kapak, cangkul dan lain-lain. Selain itu, keahlian membuat kendi sebagai bentuk kerajinan yang telah berkembang turun-temurun sebagai sambilan disamping bertani. Kemudian dikenal juga usaha-usaha pertukangan, seperti tukang gergaji papan dan balok, tukang sirap, dan lain sebagainya.
Kehidupan Budaya
Orang-orang
Banjar terdiri dari tiga golongan, yaitu kelompok Banjar Muara (Suku
Ngaju), Kelompok Banjar Batang Banyu (Suku Maanyan), dan Kelompok Banjar
Hulu (Suku Bukit). Dalam setiap kurun Sejarah, Kebudayaan Banjar
mengalami pergeseran dan perubahan-perubahan hingga coraknya berbeda
dari zaman ke zaman. Ini merupakan manifestasi dari cara berpikir
sekelompok manusia di daerah ini dalam suatu kurun waktu tertentu.
Dalam rentetan peristiwa sejarah, kita dapatkan bahwa masyarakat Banjar dimulai dari percampuran budaya melayu dengan budaya bukit dan maanyan sebagai inti, kemudian membentuk kerajaan Tanjung Pura dengan agama Buddha. Yang kedua, percampuran kebudayaan pertama dengan kebudayaan Jawa, yang mana budaya Maanyan, Bukit, dan Melayu menjadi inti, yang kemudian membentuk Kerajaan Negara Dipa dengan agama Buddha. Yang ketiga, adalah perpaduan dengan kebudayaan Jawa yang membentuk kerajaan Negara Daha dengan agama Hindu. Yang terakhir, lanjutan dari Kerajaan Daha dalam membentuk kerajaan Banjar Islam dan perpaduan suku Ngaju, Maanyan dan Bukit. Dari perpaduan yang terakhir inilah akhirnya melahirkan kebudayaan yang ada dalam Kerajaan Banjar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar