Awal mula Islam masuk ke wilayah Banjar
Senin, 20 Januari 2020
Sejarah Singkat Kesultanan Banjar, Kerajaan Islam pertama di Kalsel
Letak kerajaan banjar
Kerajaan Banjar adalah sebuah kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Wilayah Banjar yang lebih luas terbentang dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Aru. Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke beberapa tempat dan terkahir diMartapura.
Latar Belakang
Kalimantan
merupakan pulau terbesar ke tiga di dunia. Pulau ini menjadi
“jantung”nya Nusantara. Luasnya mencapai 940.000 kilometer persegi,
736.000 kilometer persegi milik Republik Indonesia. Hasil rimbanya
sangat besar, diantaranya menghasilkan kayu yang paling bermutu, rotan,
damar, dan sebagainya. Tanahnya yang beriklim sangat lembab, karena
curahan hujan yang banyak itu mengandung batubara, minyak tanah, besi,
intan, emas dan platina. Banyak terdapat sungai-sungai yang besar yang
menjadi sumber kemakmuran dan kemajuan ekonomi, diantaranya Sungai
Kapuas, Barito dan Mahakam.
Pulau
ini mempunyai banyak sejarah yang menakjubkan. Di dalamnya terdapat
banyak kerajaan yang silih berganti dari masa ke masa. Dari kerajaan
yang bercorak Hindu-Buddha hingga bercorak Islam. Dalam makalah ini akan
dibahas kerajaan yang bercorak Islam di Kalimantan, yakni Kerajaan
Banjar.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Banjar
Islam
datang ke Kalimantan pada abad ke 15. Suatu ketika, Raden Paku atau
Sunan Giri berlayar ke pulau Kalimantan dan mendarat di pelabuhan
Banjar. Kedatangannya sebagai muballigh sambil membawa barang
dagangannya dengan tiga buah kapal. Kedatangan Sunan Giri ke Kalimantan
diperkirakan pada tahun 1470 M.
Pada
akhir abad ke 15, orang-orang Islam dari Jawa telah banyak menetap di
Kalimantan. Berita-berita tentang agama Islam semakin tersiar dikalangan
penduduk, baik melalui pendatang (pedagang dan muballigh) maupun
orang-orang Kalimantan sendiri yang pernah menyinggahi Jawa, terutama
Jawa Timur. Itu sebabnya maka kisah-kisah tentang Wali Songo menjadi
buah bibir penduduk Kalimantan. Pelan tapi pasti Agama Islam telah
dikenal oleh seluruh penduduk.
Pada
masa itu, kalimantan Selatan masih dibawah Kerajaan Daha, yang pada
saat itu dipimpim oleh Pangeran Sukarama. Ia mempunyai tiga orang anak;
Pangeran Mangkubumi, Pangeran Tumenggung dan Putri Galuh. Peristiwa
kelahiran Kerajaan Banjar bermula dari konflik yang ada di dalam Istana
Daha. Konflik terjadi antara Pangeran Samudera sebagai pewaris sah
Kerajaan Daha, dengan pamannya Pangeran Tumenggung. Seperti dikisahkan
dalam Hikayat Banjar, ketika Raja Sukarama merasa sudah hampir tiba
ajalnya, ia berwasiat, agar yang menggantikannya nanti adalahcucunya
Raden Samudera.
Tentu saja
keempat anaknya tidak setuju dengan sikap ayahnya itu, terlebih Pangeran
Tumenggung yang sangat berambisi. Setelah Sukarama wafat, jabatan
dipegang oleh anak tertua, yakni Pangeran Mangkubumi. Waktu itu,
Pangeran Samudera baru berumur 7 tahun. Pangeran Mangkubumi tak terlalu
lama berkuasa, karena ia dibunuh oleh pengawalnya yang berhasil dihasut
oleh Pangeran Tumenggung. Dengan meninggalnya Pangeran Mangkubumi, maka
Pangeran Tumenggung naik tahta.
Pada
saat itu, Pangeran Samudera menjadi musuh besar Pangeran Tumenggung.
Oleh karena itu ia memilih meninggalkan istana dan menyamar menjadi
nelayan di Pelabuhan Banjar. Namun, keberadaanya diketahui oleh Patih
Masih yang menguasai Bandar. Karena tidak mau daerahnya (Patih Masih)
terus menerus mengantar upeti ke Daha kepada Pangeran Tumenggung, maka
Patih Masih mengangkatnya sebagai Raja.
Dalam
sejarah Daha, tersebutlah seorang perdana menteri yang cakap, bernama
Patih Masih. Walau tak sebesar Patih Gajah Mada, ia mampu mengendalikan
pemerintahan dengan teratur dan maju. Patih ini banyak bergaul dengan
pendatang-pendatang di Pelabuhan Bandar. Disanalah ia bergaul dengan
Muballigh Islam yang datang dari Tuban dan Gresik. Dari para Muballigh
ini ia mendengar kisah tentang Wali Songo dalam mengemban Kerajaan Demak
dan dalam membangun masyarakat yang adil dan makmur. Bagi Patih Masih,
kisah tersebut sangat fantastik, mengagumkan. Seiring berjalannya waktu,
dari pergaulannya ini, ia akhirnya memeluk Islam.
Atas
bantuan Patih Masih, Pangeran Samudera dapat menghimpun kekuatan dan
memulai menyerang Pangeran Tumenggung. Tetapi peperangan terus
berlangsung secara seimbang. Patih mengusulkan untuk meminta bantuan
Demak. Sultan Demak bersedia membantu Pangeran Samudera asal nanti masuk
Islam. Lalu sultan Demak mengirimkan bantuan seribu orang tentaranya[6]
(sumber lain mengatakan berjumlah 40.000 tentara, dengan jumlah 1.000
kapal, masing-masing kapal memuat 400 prajurit). Atas bantuan itu,
kemenangan ada di pihak Pangeran Samudera. Sesuai dengan janjinya, ia
beserta seluruh kerabat keraton dan penduduk Banjar menyatakan diri
masuk Islam. Setelah masuk Islam, ia diberi nama Sultan Suryanullah atau
Suriansyah, yang dinobatkan sebagai raja pertama Kerajaan Banjar.
Raja – Raja / Sultan Kerajaan Banjar
Sultan-sultan
yang pernah memimpin dalam kerajaan Banjar, ada sumber yang mengatakan
bahwa sultan berjumlah sembilan belas, tetapi sumber lain mengatakan
bahwa sultan yang memimpin berjumlah hingga dua puluh tiga hingga kini,
mereka yaitu
- (1520-1546) Sultan Suriansyah.
- (1546-1570) Sultan Rahmatullah bin Sultan Suriansyah.
- (1570-1595) Sultan Hidayatullah I bin Rahmatullah.
- (1595-1641) Sultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah I.
- (1641-1646) Sultan Inayatullah bin Sultan Mustain Billah.
- (1646-1660) Sultan Saidullah bin Sultan Inayatullah.
- (1660-1663) Sultan Ri’ayatullah bin Sultan Mustain Billah.
- (1663-1679) Sultan Amrullah Bagus Kasuma bin Sultan Saidullah.
- (1663-1679) Sultan Agung/Pangeran Suria Nata (ke-2) bin Sultan Inayatullah.
- (1679-1700) Sultan Amarullah Bagus Kasuma/Suria Angsa/Saidillah bin Sultan Saidullah.
- (1700-1717) Sultan Tahmidullah I/Panembahan Kuning bin Sultan Amrullah/Tahlil-lullah.
- (1717-1730) Panembahan Kasuma Dilaga.
- (1730-1734) Sultan il-Hamidullah/Sultan Kuning bin Sultan Tahmidullah I.
- (1734-1759) Sultan Tamjidullah I bin Sultan Tahmidullah I.
- (1759-1761) Sultan Muhammadillah/Muhammad Aliuddin Aminullah bin Sultan Il-Hamidullah/Sultan Kuning.
- (1761-1801) Sunan Nata Alam (Pangeran Mangkubumi) bin Sultan Tamjidullah I.
- (1801-1825) Sultan Sulaiman al-Mutamidullah/Sultan Sulaiman Saidullah II bin Tahmidullah II.
- (1825-1857) Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman al-Mutamidullah.
- (1857-1859) Sultan Tamjidullah II al-Watsiq Billah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam.
- (1859-1862) Sultan Hidayatullah Halilillah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman bin Sultan Adam.
- (1862) Pangeran Antasari bin Pangeran Mashud bin Sultan Amir bin Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah.
- (1862-1905) Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
- (2010) Sultan Haji Khairul Saleh Al-Mu’tashim Billah bin Gusti Jumri bin Gusti Umar bin Pangeran Haji Abubakar bin Pangeran Singosari bin Sultan Sulaiman al-Mu’tamidullah.
Aspek Kehidupan Masyarakat Kerajaan Banjar
Kehidupan Politik
Bentuk
pemerintahan Banjar sejak berdirinya sudah dipengaruhi oleh Kerajaan
Demak. Merupakan konsekuensi logis jikalau kerajaan A dapat memdirikan
kerajaan dengan bantuan Kerajaan B, maka Kerajaan B turut mempengaruhi
bentuk dan jalannya pemerintahan Kerajaan A.
Walaupun
dalam bentuk pemerintahan dibangun menurut model Jawa, raja dalam
kekuasaannya tidaklah semutlak (seabsolut) raja-raja jawa. Disamping
keturunan, kekayaan juga faktor yang menentukan dalam kedudukan raja.
Pada hakekatnya pemerintah bersifat aristokratis, yang dikuasai oleh
para bangsawan, yang mana raja hanya sebagai simbol pemersatu belaka.
Sultan
dalam Kerajaan Banjar merupakan penguasa tertinggi , yang mempunyai
kekuasaan dalam masalah politik dan keagamaan. Dibawah sultan ada Putera
Mahkota yang dikenal dengan sebutan Sultan Muta. Ia tidak mempunyai
jabatan tertentu tetapi pembantu Sultan. Disamping Sultan, terdapat
sebuah lembaga Dewan Mahkota yang terdiri dari kaum bangsawan dan
Mangkubumi.
Mangkubumi adalah
pembantu sultan yang mempunyai peranan besar dalam roda pemerintahan.
Mangkubumi di dalam pemerintahan didampingi menteri Panganan, Menteri
Pangiwa dan Menteri Bumi dan dibantu lagi oleh 40 orang menteri Sikap.
Tiap-tiap menteri Sikap mempunyai bawahan sebanyak 100
orang. Dilingkungan Kraton terdapat banyak pegawai atau petugas. Antara
lain :- Lima puluh orang Sarawisa di bawah pimpinan Sarabraja bertugas menjaga krato
- Lima puluh orang Mandung dibawah Raksayuda bertugas menjaga istana bangsal
- Empat puluh orang Menagarsari dibawah Sarayuda bertugas mengawal raja
- Empat puluh orang Singabana atau Parawila dibawah Singataka dan Singapati bertugas sebagai polisi
- Empat puluh orang Sarageni di bawah Saradipa bertugas menjaga alat senjata
- Empat puluh orang Tuha Buru di bawah Puspawana bertugas mengawal raja bila sedang berburu
- Lima puluh orang Pangadapan atau Pamarakan dibawah Rasawija melakukan ber aneka ragam tugas di istana.
Kehidupan Sosial & Ekonomi
Dalam
masyarakat Banjar terdapat susunan dan peranan sosial yang berbentuk
segi tiga piramid. Lapisan teratas adalah golongan penguasa yang
merupakan golongan minoritas. Golongan ini terdiri dari kaum bangsawan,
keluarga raja. Lapisan tengah diisi oleh para pemuka agama yang
mengurusi masalah hukum keagamaan dalam kerajaan. Sementara golongan
mayoritas diisi oleh para petani, nelayan, pedagang dan lain sebagainya.
Perkembangan perekonomian di Kalimantan Selatan mengalami kemajuan yang pesat pada abad-16 sampai abad-17. Banjarmasin menjadi kota dagang yang sangat berarti untuk mencapai suatu kemakmuran kerajaan. Kalimantan Selatan juga memiliki perairan yang strategis sebagai lalu lintas perdagangan. Dalam perdagangan, lada merupakan komoditas ekspor terbesar dalam Kerajaan Banjar.
Dalam hal industri, Kerajaan Banjar juga menghasilkan besi dan logam. Industri logam dan besi ini terdapat di daerah Negara. Kemampuan dan keahlian mereka mencor logam seperti perunggu, yang dapat menghasilkan bermacam barang-barang untuk di ekspor. Sejak abad ke-17 daerah Negara terkenal dengan pembuatan kapal dan peralatan senjata lainnya, seperti golok, kapak, cangkul dan lain-lain. Selain itu, keahlian membuat kendi sebagai bentuk kerajinan yang telah berkembang turun-temurun sebagai sambilan disamping bertani. Kemudian dikenal juga usaha-usaha pertukangan, seperti tukang gergaji papan dan balok, tukang sirap, dan lain sebagainya.
Kehidupan Budaya
Orang-orang
Banjar terdiri dari tiga golongan, yaitu kelompok Banjar Muara (Suku
Ngaju), Kelompok Banjar Batang Banyu (Suku Maanyan), dan Kelompok Banjar
Hulu (Suku Bukit). Dalam setiap kurun Sejarah, Kebudayaan Banjar
mengalami pergeseran dan perubahan-perubahan hingga coraknya berbeda
dari zaman ke zaman. Ini merupakan manifestasi dari cara berpikir
sekelompok manusia di daerah ini dalam suatu kurun waktu tertentu.
Dalam rentetan peristiwa sejarah, kita dapatkan bahwa masyarakat Banjar dimulai dari percampuran budaya melayu dengan budaya bukit dan maanyan sebagai inti, kemudian membentuk kerajaan Tanjung Pura dengan agama Buddha. Yang kedua, percampuran kebudayaan pertama dengan kebudayaan Jawa, yang mana budaya Maanyan, Bukit, dan Melayu menjadi inti, yang kemudian membentuk Kerajaan Negara Dipa dengan agama Buddha. Yang ketiga, adalah perpaduan dengan kebudayaan Jawa yang membentuk kerajaan Negara Daha dengan agama Hindu. Yang terakhir, lanjutan dari Kerajaan Daha dalam membentuk kerajaan Banjar Islam dan perpaduan suku Ngaju, Maanyan dan Bukit. Dari perpaduan yang terakhir inilah akhirnya melahirkan kebudayaan yang ada dalam Kerajaan Banjar.
Pengislamisasian Pada Kerajaan Banjar
Sultan
Suriansyah adalah raja pertama yang memeluk Islam dan menjadikannya
agama resmi kerajaan. Tetapi, hukum Islam belum melembaga dalam
pemerintahan. Karena pada saat itu belum ada ulama yang mendampinginya.
Setelah Sultan Tahmidullah II berkuasa, barulah hukum Islam itu
melembaga. Hal ini menimbulkan terjadinya perubahan dalam pemerintahan,
terutama setelah Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari datang dari Mekkah.
Ia sangat disegani oleh sultan karena kedalaman ilmunya. Kitab Sabilul
Muhtadin yang ditulis atas permintaan sultan yang berkuasa pada saat itu
dijadikan pedoman hukum meskipun masih terbatas dalam bidang-bidang
tertentu, seperti hukum waris dan pernikahan.
Dengan kebijakan Syeikh al-Banjari, perlahan-lahan hukum islam masuk istana. Dalam masyarakat Banjar ajaran fiqh dari madzhab Syafi’i sangat berpengaruh sehingga menjadi hukum adat rakyat. Syeikh Al-Banjari juga mengusulkan kepada Sultan untuk membentuk Mahkamah Syari’ah, yakni suatu lembaga pengadilan agama, yang dipimpin oleh seorang mufti sebagai ketua hakim tertinggi pengawas pengadilan umum.
Dalam penyebaran dan islamisasi di Kalimantan juga dikenal peranan seorang ulama yang bernama Khatib Dayyan. Ia adalah seorang utusan dari Jawa, tepatnya Kerajaan Demak. Tujuan Sultan Demak mengirimnya adalah untuk mengislamkan orang Banjar.
Dengan kebijakan Syeikh al-Banjari, perlahan-lahan hukum islam masuk istana. Dalam masyarakat Banjar ajaran fiqh dari madzhab Syafi’i sangat berpengaruh sehingga menjadi hukum adat rakyat. Syeikh Al-Banjari juga mengusulkan kepada Sultan untuk membentuk Mahkamah Syari’ah, yakni suatu lembaga pengadilan agama, yang dipimpin oleh seorang mufti sebagai ketua hakim tertinggi pengawas pengadilan umum.
Dalam penyebaran dan islamisasi di Kalimantan juga dikenal peranan seorang ulama yang bernama Khatib Dayyan. Ia adalah seorang utusan dari Jawa, tepatnya Kerajaan Demak. Tujuan Sultan Demak mengirimnya adalah untuk mengislamkan orang Banjar.
Masa Kejayaan Kerajaan Banjar
Pada masa pemerintahan Sultan
Mustain Billah inilah pusat Kesultanan Banjar dipindahkan ke Kayuwangi,
Martapura. Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaan pada abad ke-17,
yaitu pada masa pemerintahan Sultan Mustain Billah (1595-1620), Sultan
Inayatullah (1620-1637), dan Sultan Saidullah (1637 – 1642).
Ketika Belanda datang dan menimbulkan kekacauan, Kesultanan Bajar mengalami kerugian. Akibatnya, ibukota kerajaan dipindahkan ke Amuntai, kemudian ke Tambangan, dan Batang Banju. Sebenarnya VOC sudah datang ke Banjar sejak 1606 untuk meminta monopoli lada namun usaha mereka belum terwujud. Baru setelah adanya kontrak yang ditandatangani Belanda dan Syahbandar Kesultanan Banjar pada 1635 perdagangan lada dimonopoli oleh Belanda. Setelah perjanjian antara VOC dengan Sultan Martapura ditandatangani, perlawanan terhadap Belanda menurun.
Masa Kemunduran Kerajaan Banjar
Kerajaan
Banjar mengalami kemajuaan sebagai dampak dari diaktikannya wilayah
kerajaan ini sebagai pelabuhan bebas, tetapi sebaliknya kehadiran unsur
asing didaerah itu juga dapat mengakibatkan perpecahan di kalangan
istana. Kehadiran pihak Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang ikut
campur dalam urusan adat kerajaan adalah bukti bahwa unsur asing yang
hadir dalam Kerajaan Banjar nantinya akan memunculkan perpercahan
dikalangan istana. Keterlibatan unsur asing dalam urusan istana juga
merupakan salah satu penyebab utama meletusnya perang antara Kerajaan
Banjar dengan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.
Awal mulanya Kerajaan Banjar memiliki hubungan yang cukup baik dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda, akan tetapi dengan ikut campurnya pemerintah kolonial dalam urasaan kerajaan mengakibatkan memanasnya hubungan diantara kedua belah pihak yang pada akhirnya akan menyebabkan pertempuran untuk mempertahankan kekuasaan di wilayah Kalimantan Selatan. Dalam sejarah pertempuran tersebut dikenal sebagai “Perang Banjar”.
Perlawanan Kerajaan Banjar berlangsung dalam dua tahap, yang pertama berlangsung dari tahun 1859-1863, sedangkan perlawanan tahap kedua berlangsung dari tahun 1863-1905. Peperangan yang berlangsung hampir setengah abad lamanya berakhir dengan kekalahan di pihak Kerajaan Banjar. Dengan terpatahkannya perlawanan rakyat Banjar pada tahun 1905, maka hal ini menandai runtuhnya era dari Kerajaan Banjar yang telah berdiri sejak tahun 1520.
Awal mulanya Kerajaan Banjar memiliki hubungan yang cukup baik dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda, akan tetapi dengan ikut campurnya pemerintah kolonial dalam urasaan kerajaan mengakibatkan memanasnya hubungan diantara kedua belah pihak yang pada akhirnya akan menyebabkan pertempuran untuk mempertahankan kekuasaan di wilayah Kalimantan Selatan. Dalam sejarah pertempuran tersebut dikenal sebagai “Perang Banjar”.
Perlawanan Kerajaan Banjar berlangsung dalam dua tahap, yang pertama berlangsung dari tahun 1859-1863, sedangkan perlawanan tahap kedua berlangsung dari tahun 1863-1905. Peperangan yang berlangsung hampir setengah abad lamanya berakhir dengan kekalahan di pihak Kerajaan Banjar. Dengan terpatahkannya perlawanan rakyat Banjar pada tahun 1905, maka hal ini menandai runtuhnya era dari Kerajaan Banjar yang telah berdiri sejak tahun 1520.
Peninggalan Kerajaan Banjar
Mesjid Sultan Suriansyah
Masjid Sultan Suriansyah adalah sebuah masjid bersejarah yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun di masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Masjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin, kawasan yang dikenal sebagai Banjar Lama merupakan situs ibukota Kesultanan Banjar yang pertama kali. Bentuk arsitektur dengan konstruksi panggung dan beratap tumpang, merupakan masjid bergaya tradisional Banjar. Masjid bergaya tradisional Banjar pada bagian mihrabnya memiliki atap sendiri terpisah dengan bangunan induk. Masjid ini didirikan di tepi sungai Kuin.
Candi Agung Amuntai
Peninggalan-peninggalan
bersejarah awal dari kehidupan zaman dulu yang menjadi peradaban
kuno,di kalimantan selatan yang condong berkebudayaan sungai yang masih
melekat sampai sekarang,peninggalan dari kebudayaan pada awal perang
banjar sampai terbentuknya kerajaan banjar. salah satu peninggalan
bersejarah di kalimantan selatan antara lain Candi Agung.candi agung
Amuntai merupakan peninggalan Kerajaan Negaradipa yang dibangun oleh
Empu Jatmika abad ke XIV Masehi. Dari kerajaan ini akhirnya melahirkan
Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Menurut cerita,
Kerajaan Hindu Negaradipa berdiri tahun 1438 di persimpangan tiga aliran
Sungai, Tabalong, Balangan, dan Negara. Cikal bakal Kerajaan Banjar itu
diperintah oleh Pangeran Surianata dan Putri Junjung Buih dengan kepala
pemerintahan Patih Lambung Mangkurat. Negara dipa kemudian berkembang
menjadi Kota Amuntai.
Candi Agung diperkirakan telah berusia 740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi oleh batu dan kayu. Kondisinya masih sangat kokoh. Di candi ini juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira sekitar 200 tahun SM. Batu yang digunakan untuk mendirikan candi ini pun masih terdapat disana. Batunya sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun bila disentuh terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa.Situs Candi Agung, yang merupakan bagian dari lambang daerah HSU, dengan menggunakan cara supranatural.candi agung sekarang dikonstruksi menyerupai bentuk candi agung terdahulu tanpa merubah letak,hanya saja bangunan candi agung sekarang dibuat seperti rumah banjar dan di jadikan tempat wisata.
Langganan:
Postingan (Atom)
Sejarah Singkat Kesultanan Banjar, Kerajaan Islam pertama di Kalsel
Awal mula Islam masuk ke wilayah Banjar Kesultanan Banjar merupakan kerajaan bercorak Islam yang berdiri antara 1526...
-
Kalimantan merupakan pulau terbesar ke tiga di dunia. Pulau ini menjadi “jantung”nya Nusantara. Luasnya mencapai 940.000 kilometer...
-
Kehidupan Politik Bentuk pemerintahan Banjar sejak berdirinya sudah dipengaruhi oleh Kerajaan Demak. Merupakan konsekuensi logis jikala...
-
Pada masa pemerintahan Sultan Mustain Billah inilah pusat Kesultanan Banjar dipindahkan ke Kayuwangi, Martapura. Kesultanan Banjar me...